Friday 1st of November 2024
×

Profil dan Biodata Firli Bahuri, Ketua KPK yang Dituding Lakukan Pemerasan Terhadap SYL

Profil dan Biodata Firli Bahuri, Ketua KPK yang Dituding Lakukan Pemerasan Terhadap SYL

--

Profil dan Biodata Ketua KPK Firli Bahuri

Melansir dari berbagai sumber, Firli Bahuri lahir di Palembang, Sumatera Selatan, pada 8 November 1963. Ia menempuh pendidikan umum di beberapa sekolah di Indonesia, termasuk SDN Lontar Muara Jaya OKU, SMP Bhakti Pengandonan OKU, dan SMAN 3 Palembang. Pendidikan tingginya ditempuh di Universitas Indonesia, di mana ia meraih gelar Magister Kenotariatan pada tahun 2000.

Baca juga: 3 Warnet VIP Terdekat di Jakarta, Cocok Buat Gaming yang Cari Tempat Nyaman dengan Fasilitas Ekstra


Baca juga: Perbedaan Susu Formula Merk Morinaga Dengan Bebelac , Intip Review nya Disini!

Baca juga: Tempat Pijat Spa Panggilan di Karawang Terbaik dan Layanan 24 Jam, Siap Rileksasi dengan Terapis Cantik

Karier Firli Bahuri dimulai setelah dirinya lulus dari Akademi Kepolisian pada 1990. Pria kelahiran Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan, 8 November 1963 pernah menjabat sebagai Kapolres Persiapan Lampung Timur pada tahun 2001.

Pada tahun 2005, Firli menjabat sebagai Kasat III Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Di tahun 2006-2007 Firli menjabat sebagai Kapolres Kebumen dan Kapolres Brebes. Firli kembali ke Polda Metro Jaya dan menjabat sebagai Wakapolres Metro Jakarta Pusat pada 2009. Pada tahun 2010, Firli menjadi bagian dari Istana. Dia menjabat sebagai asisten pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pensiun dari aparat kepolisian, Firli diamanahi sebagai Ketua KPK. Namun, perjalanannya memimpin lembaga antirasuah ini memperoleh banyak kritik. Firli Bahuri dianggap melanggar etika anggota KPK gara-gara menggunakan helikopter mewah milik swasta pada 20 Juni 2020. Saat itu, Firli Bahuri melakukan perjalanan dari Palembang ke Baturaja, Sumatera Selatan. 

Selama kariernya, Firli Bahuri telah meraih berbagai prestasi dan penghargaan, termasuk Satyalancana Shanti Dharma (1992), Satyalancana Dwidja Sistha (2002), Satyalancana Seroja (2019), dan Bintang Bhayangkara Nararya.

Sumber:

UPDATE TERBARU