Max Havelaar Ditulis Siapa? Fakta Multatuli yang Bikin Kolonial Panik karena Berani ‘Spill’ Ketidakadilan
--
ASCOMAXX – Kalau kamu pikir buku jadul itu ngebosenin, siap-siap kaget. Multatuli, alias Eduard Douwes Dekker, adalah penulis Max Havelaar yang vibes-nya justru mirip whistleblower era sekarang. Bayangin: dia kerja sebagai pejabat kolonial, lihat banyak ketidakadilan, terus bukannya diem, dia malah “spill the truth” lewat buku yang langsung ngeguncang Belanda dan dunia.
Max Havelaar bukan sekadar novel jadul—ini semacam thread viral yang ngungkap realita pahit rakyat pribumi, ditulis jauh sebelum media sosial ada. Makanya sampai sekarang, nama Multatuli masih dianggap ikon keberanian yang nekat banget buat speak up.
Nama Multatuli mungkin terdengar tidak terlalu familiar bagi sebagian orang, namun karya monumentalnya, Max Havelaar, menjadi salah satu buku paling berpengaruh dalam sejarah kolonialisme dan sastra dunia. Multatuli adalah nama pena dari Eduard Douwes Dekker, seorang penulis sekaligus mantan pegawai pemerintah kolonial Belanda yang pernah bertugas di Hindia Belanda.
Baca juga: Viral Klaim Saldo DANA Gratis, Hoaks atau Promo Resmi? Amankah Untuk Dicoba?
Baca juga: Melly Lee Makin Bersinar! Tanda-Tanda Comeback Bikin Netizen Heboh
Baca juga: Kode Redeem FC Mobile Terbaru November 2025 Free SPOOKYGIFT 100 Rank Up Point Langsung GAS!
Ia lahir pada 2 Maret 1820 di Amsterdam. Pengalamannya menyaksikan langsung ketidakadilan, korupsi, serta penindasan terhadap rakyat pribumi membuatnya merasa perlu bersuara—bukan sebagai pejabat, tetapi sebagai penulis.
Sebelum menulis Max Havelaar, Dekker pernah menjabat sebagai Asisten Residen di Lebak, Banten. Di sana ia melihat bagaimana sistem tanam paksa dan penyalahgunaan kekuasaan para pejabat lokal dan kolonial membuat rakyat hidup dalam kemiskinan yang parah.
Ia mencoba melakukan perlawanan dari dalam sistem, namun usahanya tidak digubris. Akhirnya ia mengundurkan diri, meninggalkan jabatannya, dan memilih menggunakan pena sebagai senjata.